Model Fesyen AI Berjalan di Atas Catwalk – Minggu ini, kami mengeksplorasi dampak kecerdasan buatan (AI) dan bagaimana penerapannya mengubah dan mengadaptasi berbagai industri. Saat ini, kita menyaksikan kebangkitan industri fashion dan model AI.
Model Fesyen AI Berjalan di Atas Catwalk
dresslucy – AI sudah diterapkan di industri dan digunakan dalam proses desain untuk memprediksi tren dan meningkatkan pengalaman berbelanja bagi pelanggan.
Industri fashion selalu berinovasi. Namun, selalu ada konstanta dalam model manusia. Mereka berfungsi sebagai jantung merek, dan beberapa telah mencapai ketenaran dan kekayaan yang diasosiasikan dengan “supermodel”.
Saat ini, dengan munculnya AI, segalanya bisa berubah.
Kita telah membicarakan tentang dampak AI. Jawabannya mungkin terletak pada model virtual. Ini adalah teknologi baru yang berpotensi mengubah cara merek fesyen dihadirkan dan dialami. Contoh penggunaan teknologi ini sudah ada di kalangan kita. Levi’s dan Calvin Klein masing-masing menggunakan model yang dihasilkan AI untuk konten e-commerce dan pertunjukan langsung mereka. Mereka menggunakan teknologi baru dari startup seperti Lalaland, sebuah studio pemodelan digital bertenaga AI.
Baca Juga : Cara Membuat Sepatu Kets Buatan AI
Langkah logisnya adalah menyatakan bahwa teknologi ini menimbulkan ancaman serius terhadap kemampuan kerja model manusia di masa depan. Namun, klaim yang dibuat oleh para pemimpin industri sedikit lebih bernuansa. Amy Gershkoff-Boles, kepala global strategi digital dan teknologi baru di Levi’s, mengatakan penggunaan model virtual dimaksudkan untuk “melengkapi” kinerja model yang sudah ada, bukan sepenuhnya menggantikan model yang ada.
Juru bicara lainnya mengatakan, “Pelengkap berarti model yang dihasilkan AI dapat digunakan bersama dengan model manusia, sehingga berpotensi meningkatkan jumlah model per produk.” kata.
Salah satu keunggulan utama model AI virtual adalah keserbagunaan dan efisiensinya. Berbeda dengan manusia, kreasi digital ini tidak memerlukan proses pengecoran, pemasangan, atau fotografi yang memakan waktu. Sebaliknya, desainer dapat dengan cepat merancang, memodifikasi, dan menganimasikan kepribadian virtual untuk menampilkan koleksi terbaru mereka. Proses yang disederhanakan ini mempercepat siklus produksi, memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap tren pasar yang berkembang, dan secara signifikan mengurangi waktu pemasaran.
Selain itu, model AI virtual dapat mengatasi keterbatasan fisik dan berintegrasi secara mulus ke dalam pengalaman virtual dan augmented reality. Avatar digital ini menyediakan lingkungan belanja yang imersif yang memungkinkan konsumen mencoba pakaian dan aksesori secara virtual, sehingga memudahkan pengambilan keputusan pembelian. Teknologi ini menjembatani kesenjangan antara belanja online dan offline serta membuka cara baru bagi merek untuk berinteraksi dengan pelanggannya.
Ini bukan satu-satunya contoh teknologi AI yang memasuki dunia mode. “Percobaan virtual” adalah hal yang umum di antara merek kacamata. Musik yang dipersonalisasi di kamar pas juga sedang diuji untuk meningkatkan pengalaman pelanggan. Sementara itu, merek telah menggunakan algoritma AI untuk memprediksi permintaan dan menetapkan harga berdasarkan perilaku konsumen.
AI, yang menggunakan wawasan berdasarkan data tentang preferensi konsumen, telah terbukti sangat berguna. Tidak terkecuali bidang keberlanjutan. Produksi berlebih akan segera berlalu karena data memberikan informasi mengenai jumlah unit. Beberapa merek hanya memproduksi produk ketika sejumlah pesanan telah diterima.
Dalam contoh terbaru ini, menganalisis data keterlibatan pada model virtual dapat memberikan informasi yang dapat ditindaklanjuti tentang minat dan harapan pelanggan. Merek dapat menggunakan informasi ini untuk menginformasikan keputusan desain, menyesuaikan strategi pemasaran, dan pada akhirnya meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Baca Juga : Teknologi Yang Mengubah Daya Tarik Olahraga
Namun, penggunaan model virtual AI menimbulkan kekhawatiran etika terkait standar dan representasi kecantikan. Penggambaran kecantikan yang terlalu realistis oleh model AI dapat dengan mudah melanggengkan cita-cita kecantikan yang tidak realistis dan memperkuat stereotip yang merugikan. Teknologi ini harus digunakan secara bertanggung jawab agar dapat dilihat sebagai kontributor positif bagi masa depan mode.
Bukan hal yang tidak masuk akal untuk membayangkan sebuah dunia di mana model AI sangat mirip dengan manusia sungguhan. Jika privasi data seseorang dilanggar, dampak hukumnya bisa sangat kompleks dan cepat.
Merek seperti La La Land mengklaim bahwa teknologi pemodelan virtual mereka sebenarnya membantu mereka menghindari banyak masalah etika di dunia mode. Perusahaan tersebut mengatakan di situs webnya bahwa mereka dapat menawarkan merek yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan fokus secara digital. Semua dengan bantuan AI yang dihasilkan. ”
Ketika model virtual menjadi pusat perhatian, pengenalan model-model tersebut dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan pada industri yang secara historis mengalami krisis moral dan identitas. Namun, jika digunakan secara lebih agresif, kemungkinan untuk menciptakan pengalaman yang menarik dan personal antara konsumen dan merek menjadi tidak terbatas.